Chapter 2 (Mary Alexandrite)
Hari ini Mary Alexandrite akan dicuri oleh Drip dan Drill. Mereka berdua memasuki museum dari jalur yang berbeda. Drill masuk lewat pintu depan, sedangkan Drip menyusup diam-diam dari belakang. Belum diketahui dengan pasti siapa yang akan mendapatkan batu permata berwarna ungu tersebut.
Drill memasuki museum melalui pintu masuk museum bersama dengan antek-anteknya. Sontak, semua orang di dalam museum beserta penjaga konter museum pun terkaget. Dengan menodongkan tangan bornya ke arah penjaga konter, Drill menghardik, "Angkat tangan atau kalian semua kubor!". "Dimana batu Alexandrite-nya?", tanya Drill pada penjaga konter. "Ba.. ba.. batu Alexandrite? Maksudnya Mary Alexandrite?", penjaga konter tanya balik. "Iyaa, tunjukkan dimana tempatnya, botak!!", bentak Drill. "Ba.. ba.. batu itu ada di ruang batu", jawab si penjaga konter sambil menunjuk ruang batu. "Gihahaha, dasar bodoh, penjaga konter kok gak becus. Anak buah, kalian jaga disini! Aku akan masuk ke dalam sendiri, mengambil batunya!", komando Dril. "Siap tuan!!", jawab anak-anak buahnya.
Di ruangan batu, ternyata Drip sudah menyusup ke dalam. "Hmm, yang mana yah batu Alexandrite itu? Yang ini bukan, yang itu juga mungikn bukan. Ah, aing lupa apa ciri-ciri batu itu yang dikatakan Shelly.", gumam Drip. Tiba-tiba, Drill mengebor dari dalam tanah dengan mata bor di kepalanya. "Gihahahahahaha", tawanya sambil mengebor ke atas. Saat sampai di atas, dia melihat Drip yang sedang sibuk mengacak-acak batu. "Hmm, siapa itu? Anak kecil?", gumamnya saat melihat Drip. Sayangnya Drip tidak menyadari kedatangan Drill padahal suara bor Drill sangat ribut. "Hmm, yang mana yah batu Alexandritenya. Kayaknya yang warna ijo deh.", gumam Drip. Dari belakang, Drill berkata, "Dasar bodoh. Batu Mary Alexandrite itu warnanya ungu seperti anggur. Seorang penjahat sejati harusnya tahu target curiannya seperti apa.". "Eh, siapa yu?", Drip kaget sambil menghadap ke belakang. Sayangnya, Drill sudah bersiap untuk mengebor tubuh Drip. "Gihahaha, sudah lama aku tidak mengebor anak-anak. Rasakan ini!", Drill sambil mengarahkan tangan bornya ke arah Drip. Tubuh Drip terkena bor dan hancur. "Gihaha, beruntung sekali, bisa membunuh anak kecil hari ini.", cakap Drill sekali lagi. Terdengar suara Drip, "Dasar bodoh, penjahat sejati itu harusnya mencuri semua yang ada, bukan cuma target doang. Rasakan ini, Horizon Geyzer!!", tubuh Drip kembali seperti semula dan menyemburkan air ke arah Drill. "Aaagh, apa yang terjadiii?! Anak monster!!", teriak Drill kaget dan terlempar terkena semburan geyser. Drill terlempar ke arah dinding, dindingnya hancur, Drill pun jatuh pingsan. "Drihihihi, dasar om-om lemah".
Tiba-tiba pintu ruang batu terbuka. Para polisi tiba-tiba masuk, "Angkat tangan! Menyerahlah penjahat!". "Drihihi, papay~", Drip tertawa lebar, lalu berubah wujud dan kabur lewat pipa air. "Sialan kau Drip si air. Suatu hari, aku pasti akan menangkapmu!", teriak si pak polisi. "Hmm", pak polisi ngehem sambil melihat Drill yang sudah mokad.
Drip pun berhasil kabur dengan membawa batu Mary Alexandrite. Dia pergi ke ujung pipa air yang dijaga oleh si pria kurus. "Drihihi, aing berhasil nyolong batu Mary Alexandrite.", kata Drip. "Baguslah kalau begitu Drip, hahaha", tawa si pria kurus. "Oke, mari kita toss", Drip mengajak si pria kurus untuk hi-five. "Yey", si pria kurus sambil menerima ajakan tos.
Mereka berdua pun kembali ke rumah Shelly. "Mari berpesta atas keberhasilan hari ini, drihihi", kata Drip lalu mereka pun berpesta. "Oh yah, sampe lupa, boleh ku tanya siapa namamu?", tanya Shelly ke pria kurus. "Eh iya yah, drihihi, siapa nama yu?", Drip menyambung pertanyaan Shelly. "Namaku Ogiku, Ogiku Litpu.", jawab Ogiku. "Oh yah, Drip, kau ingat apa yang kukatakan sebelum pergi?", Aporna menanyakan. "Hmm? Gak tuh.", Drip menjawab tidak. "Maaf, semuanya. Sekarang, aku harus pergi.", Ogiku ingin pamit. "Hah? Yu ingin pergi? Kenapa gak tinggal disini saja?", kata Drip. "Biarkan saja dia, Drip", kata Shelly. "By da way, ini rumahku, seenaknya saja", ucap Shelly dalam hati. "OK", Drip lagi. "Kalau begitu sampai jumpa yah", ucap Ogiku pamit. "Yah, selamat jalan", Drip sambil melambaikan tangan. Ogiku pun pergi masuk ke tong sampah. Dia masih memegang batu Angel Peridot. Tiba-tiba tongnya terbang entah kemana. Bersambung...
Chapter 4 (Pemburu Hadiah)
Sunday, July 1, 2018
Caramelt - Chapter 3 (Om-Om Lemah)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment