Pada zaman dahulu kala, hiduplah 3 bangsa besar, Bangsa Lunala, Bangsa Majora, dan Bangsa Meika. Ketiganya hidup dengan damai dalam keharmonisan. Namun, semuanya berubah sejak 5000 tahun yang lalu. Terjadi bencana dimana-mana. Itu semua ulah dari Bangsa Majora. Untung saja Bangsa Lunala banyak yang mengungsikan diri. Namun, sayang sekali, Bangsa Meika banyak yang menjadi korban bencana. Bangsa Meika pun memutuskan untuk meminta bantuan iblis dengan mengorbankan seribu orang tumbal untuk melawan Bangsa Majora. Bangsa Majora pun semakin sedikit karena dibantai iblis lalu sisa-sisa bangsa Majora dijadikan budak oleh Bangsa Meika. Beberapa tahun kemudian, karena kutukan iblis, Bangsa Majora dan Bangsa Meika pun dianggap punah.
Peradaban bangsa Majora dan Bangsa Meika meninggalkan berbagai macam peninggalan di antaranya adalah senjata-senjata kuat mereka bernama Glavel yang jumlahnya sekitar ratusan, ribuan, atau entah berapa kita tidak tahu. Namun, diketahui terdapat empat senjata paling kuat bernama Glavdeo yang mewakili pengetahuan, kekuatan, kehidupan, dan kebahagiaan. Dikatakan barangsiapa yang mengumpulkan keempat senjata tersebut maka dia bisa menguasai dunia. Senjata-senjata tersebut tersimpan di dalam menara Buble dan sudah banyak diambil oleh orang-orang.
Di zaman modern ini, banyak sekali penjahat yang ingin sekali mengumpulkan Glavel agar bisa menguasai dunia ini. Salah satunya adalah Drip Oscar si air, seorang penjahat yang jail, nakal, dan brutal. Mencuri, merampok, merampas merupakan kegiatannya setiap hari. "Drihihi, aku pasti akan mengumpulkan Glavdeo dan menguasai dunia". Perjalanan hidup Drip Oscar pun dimulai dengan penuh tantangan, gairah, dan ketegangan.
Di depan rumah Shelly
"Shelly aku pulang!!", teriak Drip. "Shelly!! Oy!! Buka pintunya dong!!". Shelly masih tidak mendengar. "Sialan kau Shelly, rasakan ini, aing bakal ngebanjirin rumahmu drihihihi", Drip membanjiri rumah Shelly. Shelly yang tertidur di dalam pun terbangun karena terkena air. "Waaah, ini pasti ulah Drip lagi, sialan kau Drip!!". Air pun surut, Shelly pun membuka pintu. "Ada apa Drip?", ucap Shelly. Tiba-tiba, dengan tubuh basahnya, Drip memeluk Shelly dengan kencang. "Eeh, Drip, dasar kau! Aku baru saja ganti baju gara-gara basah tadi. Jadi basah lagi deh.", ucap Shelly. "Aku baru saja mencuri Angel Peridot dari museum lho.", kata Drip dengan gembira. "A.. apa itu? Angel Peridot? Aku tidak suka batu itu, warnanya hijau. Aku tidak suka warna hijau. Lagipula ini palsu, buang saja.", ucap Shelly. "Yah, sayang sekali, padahal aing udah capek mencurinya untukmu. Yasudah, aing buang aja.", Drip melempar batu tersebut ke tong sampah terdekat. Tiba-tiba, tong sampah tersebut bergetar. Drip dan Shelly tiba-tiba terheran-heran. "Apa yang terjadi? Kenapa tong itu bergetar?", kata Drip. "Mungkinkah? Rumor itu benar?", kata Shelly. "Rumor apa?", tanya Drip. "Orang gila gemuk berkulit hitam yang tinggal di tong sampah. Sepertinya kita harus menjauhi tong sampah itu.", jawab Shelly. "Ah masa. Aing gak percaya..", ucap Drip sambil mendekati tong sampah tersebut. "Jangan Drip! Mereka bilang orang gila itu berbahaya", ucap Shelly melarang. "Hmm, apa ini? Wah, permata yang sangat indah.", gumam seseorang di dalam tong sampah. Drip melihat ke dalam tong sampah terlihat sesorang yang kurus berkulit putih. "Hey, siapa yu?", tanya Drip. "Hai", sapa si pria tong sampah sambil tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Drip. Bersambung...
Chapter 2 (Mary Alexandrite)
No comments:
Post a Comment