Karya ilmiah remaja adalah sebuah kegiatan ekstrakurikuler yang mungkin kini sudah menjadi yang terpopuler di dunia ekstra di tingkat SMP ataupun SMA. Kegiatan karya ilmiah remaja ini cukup membuat kita mengasah otak kita, bagaimana tidak? Ekstrakurikuler ini memaksa kita untuk menentukan bahan materi penelitian dan setelah itu kita wajib meneliti hal tersebut sejelas-jelasnya. Langkah-langkah di dalam kegiatan ekstrakurikuler ini adalah sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
2. Mempersiapkan bahan untuk diteliti
3. Mengumpulkan data
4. Melakukan penelitian
5. Kesimpulan
Melihat cara atau langkah-langkah kegiatan karya ilmiah remaja tersebut mungkin menurut kalian sangat mudah. Namun, sebenarnya ini tidak seperti yang kalian bayangkan. Ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja a.k.a KIR atau KIS ini sebenarnya sangat rumit dan sangat membutuhkan waktu yang lama. Hal yang membuatnya lama adalah menentukan topik atau gagasan penelitiannya. Guru KIR agan pasti akan menyeleksi bahan KIR mana yang baik diteliti dan mana yang tidak boleh diteliti. Namun, tujuan dari artikel ini adalah untuk memeprtlihatkan saja contoh KIR curryan aing yang sudah di approve oleh guru KIR di smpn orang laen sekaligus bahan penelitian ini sudah maju ke tingkat Kabupaten, silahkan dibaca-baca eaa.
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah besar yang dihadapi
orang tua saat ini adalah bagaimana anak-anak mereka berprestasi dalam
pembelajaran atau berakhlak mulia dimanapun, terutama di lingkungan sekolah.
Pernyataan tersebut merupakan kewajiban orang tua untuk menyukseskan
anak-anaknya. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan bagi pendidikan di Indonesia
karena pendidikan orang tua lah yang sangat berpengaruh bagi pendidikan akhlak
anak-anaknya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa peringkat mutu
pendidikan Indonesia berada di urutan ke-12 dari 12 negara asia yaitu Korea
Selatan, dilanjutkan Singapura, Jepang, Taiwan, India, Cina, Malaysia,
Hongkong, Filiphina, Thailand, Vietnam, dan terakhir Indonesia. Oleh karena itu,
Pemerintahan Indonesia harus meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas. Selain pemerintah orang tua juga berperan penting
untuk meningkatkan prestasi anaknya.
Kami akan meneliti atau menelusuri
bagaimana pengaruh pendidikan orang tua bagi prestasi anak-anaknya. Dalam
penelitian ini kami harapkan dapat diketahui korelasi antara tingkat pendidikan
orang tua dengan prestasi belajar siswa.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, identifikasi
masalah yang kami susun adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kualifikasi tingkat pendidikan orang
tua siswa?
2. Apa sajakah prestasi belajar siswa di SMP
Negeri 1 Kalasan?
3. Bagaimanakah pengaruh pendidikan orang tua
bagi prestasi siswa?
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas,
masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penelitian tentang pengaruh
pendidikan orang tua bagi prestasi siswa SMP Negeri 1 Kalasan. Pengaruh yang
dimaksud adalah prestasi belajar siswa dalam perolehan nilai dan prestasi.
D. Rumusan
Masalah
Bertolak dari pembatasan di atas,
permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pendidikan orang tua
terhadap prestasi siswa.
E. Tujuan
penelitian
Bedasarkan rumusan masalah di atas, tujuan
penelitian ini adalah mengetahui hubungan pendidikan orang tua terhadap
prestasi anaknya.
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tersebut
yaitu kita akan menjadi tahu bagaimanakah pendidikan orang tua terhadap
anak-anaknya ,selain itu ada beberapa lagi manfaat dari penelitian tersebut
yaitu:
1. Untuk
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perhatian orangtua terhadap anaknya.
2. Untuk
mendorong memberikan perhatian yang penuh kasih sayang demi perkembangan
kepribadian dan kecerdasan anak.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada umumnya berarti bimbingan
yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain, menuju kearah
suatu cita- cita tertentu (Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara
Baru, 1982), cet. 1., hlm. 6.). Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat
kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk
menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan,
sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan
nonformal disamping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan
institusi-institusi lainnya(Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 15., hlm. 11.).
“Education is a process of overcoming
natural inclination and subtituting in its place habits acquired under external
pressure” (John Dewey, Experience and Education, 1st. Ed., (New York:
Touchstone Rockefeller Center, 1997), hlm. 17.). (Pendidikan adalah proses
mengatasi kecenderungn alami dan menggantikannya dalam kebiasaan yang diperoleh
dengan keadaan tertekan).
Dari pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan adalah arahan dan bimbingan kepada seseorang dan
merupakan pengaruh dari pengalaman belajar yang terus-menerus dialami seseorang
untuk mencapai sutu tingkat kedewasaan.
a. Pendidikan Orang Tua
Dapat kita ketahui bahwa setiap orang tua
mempunyai tingkat kehidupan yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga
mampu, dan ada yang berasal dari keluarga kurang mampu. Ada yang berasal dari
keluarga berpendidikan tinggi, ada pula yang berasal dari keluarga
berpendidikan rendah. Kesemuanya itu mengakibatkan perbedaan tingkat pendidikan
yang dialami seseorang. Bagi mereka yang berasal dari keluarga mampu banyak
mendapatkan kesempatan yang setinggi-tingginya untuk sekolah, karena biaya
mendukung. Sebaliknya pula bagi mereka yang berasal dari keluarga yang kurang
mampu, tidak banyak mendapatkan kesempatan yang tinggi untuk sekolah karena
biaya yang tidak mendukung. Demikian juga bagi mereka yang berasal dari
keluarga berpendidikan tinggi,merekapun mungkin akan memperoleh kesempatan
untuk sekolah yang tinggi karena orang tuanya akan mempunyai tanggung jawab
terhadap anak-anaknya. Akan tetapi, bagi mereka yang berasal dari keluarga
kurang pendidikannya, mungkin mereka kurang banyak mendapat kesempatan untuk
sekolah karena orang tua kurang tahu akan tanggung jawabnya pada pendidikan
anak-anaknya. Oleh karena itu pengalaman yang dialami seseorang khususnya
pengalaman pendidikan berbeda-beda, baik dilihat dari jalur maupun jenjang
pendidikannya. Untuk lebih jelasnya, maka penulis uraikan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan, antara lain:
b. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, tingkat
pendidikan adalah jenjang pendidikan yang dialami dalam suatu lembaga formal
(maupun informal). Sedangkan orang tua diartikan ayah-ibu kandung (Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 3, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), cet. 3., hlm. 802).
Adapun tingkat pendidikan orang tua yang
dimaksud disini adalah jenjang pendidikan formal yang dialami orang tua yaitu
tingkat pendidikan dasar (lulusan SD/MI dan SMP/MTs), tingkat pendidikan
menengah (SMA/MA/SMK atau lainnya yang sederajat) dan tingkat pendidikan tinggi
(perguruan tinggi, diploma atau sarjana), jenjang pendidikan informal dan
jenjang pendidikan non formal.
c. Fungsi Tingkat Pendidikan Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan
pertama bagi anak- anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dri pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga (Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 35).
Kegagalan orang tua dalam membina anak untuk menjadikan anak yang baik tidak
akan terjadi manakala orang tuanya menjalankan fungsi atau perannya sebagai
orang tua yang bertanggung jawab terhadap anaknya.
Dalam keluarga, orang tua mempunyai
peranan yang sangat vital terhadap kemajuan keluarganya yang meliputi
pendidikan anak- anaknya. Sehingga menurut M. Ngalim Purwanto, orang tua dapat
dikatakan sebagai pendidik sejati, pendidik karena kodratnya (M. Ngalim
Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), cet. 13., hlm. 80).
Setiap orang tua memiliki keinginan agar
anak-anaknya tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang berprestasi dalam
pendidikan. Orang tua ingin agar anak-anak mereka dapat meraih prestasi yang
maksimal di sekolah. Mereka pun mengharapka agar anak-anaknya memiliki
kepribadian dan akhlak yang mulia yang dicintai oleh banyak orang.
Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan
yang tinggi dan pengalaman yang banyak tentunya akan mempengaruhi gaya
kepemimpinannya di dalam keluarga. Sebab semakin tinggi tingkat pendidikan
orang tua maka akan bertambah luas pandangan dan wawasannya, termasuk dalam
mengatur keuarganya.
Bahkan
di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa antara orang yang “tahu” (berilmu dan
tingkat pendidikannya tinggi)berbeda dengan orang yang “tidak tahu” (sedikit
ilmunya dan berpendidikan rendah) dalam cara berpikirnya. Sebagaimana firman
Allah SWT. Dalam (Q.S. az- Zumar/39:9):
... Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (Departemen
Agama RI, AL-JUMANATUL ‘ALI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit
J-ART, 2005), hlm. 459).
Di dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa
manusia yang beriman dan berilmu (tinggi) akan ditinggikan derajatnya oleh
Allah SWT. Di dalam al-Quran Allah SWT. telah berfirman dalam (Q.S. al-
Mujadilah/58:11) :
“niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Departemen Agama RI, AL-JUMANATUL ‘ALI Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 543).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
fungsi tingkat pendidikan orang tua dalam keluarga adalah akan dapat memajukan
kepemimpinannya dalam keluarga, terutama dalam mendidik anak- anaknya.
2.1.2 Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2005:3) menyatakan
bahwa hasil belajar pada siswa hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Purwanto (2011:46) hasil belajar
adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku
disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan
dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil
belajar dapat berupa perubahan dalam aspekkognitif, afektif dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2006:10) hasil
belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah
diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang
diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima
materi pelajaran.
Eko Putro Widoyoko (2009:1), mengemukakan
bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu
penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran,
penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment),
sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.
Benyamin Bloom (Nana Sudjana , 2010:
22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga
ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan
nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar
atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut.
1) Reciving/ attending (penerimaan)
2) Responding (jawaban)
3) Valuing (penilaian)
4) Organisasi
5) Karaakteristik nilai atau internalisasi
nilai
c. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam
tingkatan keterampilan, yakni:
1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada
gerakan yang tidak sadar;
2) keterampilan pada gerakan-gerakan
dasar;
3) kemampuan perseptual, termasuk di
dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain;
4) kemampuan di bidang fisik, misalnya
kekuatan, keharmonisan dan ketepatan;
5) gerakan-gerakan skill, mulai dari
keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;
6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang
yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah
pula sikap dan perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007: 121) mengungkapkan ranah
kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan, pemahaman dan
aplikasi, sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat dilatih di SMP dan SMA
dan Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang ada. Pengetahuan atau
ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah, misalnya mengingat rumus,
istilah, nama-nama tokoh atau nama-nama kota. Kemudian pemahaman adalah tipe
hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan, misalnya memberi contoh
lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus
lain. Sedangkan aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau
situasi khusus. Menerapkan abstraksi yaitu ide, teori atau petunjuk teknis ke
dalam situasi baru disebut aplikasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada
kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana,
yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa
untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, model atau prosedur
yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek
kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang
sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi
yaitu evaluasi.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh
setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh
sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu.
Di antara ketiga ranah tersebut, ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran
(Nana Sudjana, 2005: 23).
Dalam pembatasan hasil pembelajaran yang
akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada jenjang pengetahuan (C1),
pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).
Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua
Terhadap Hasil Belajar Anak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut
bahwa : orang tua artinya ayah dan ibu (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), hal. 99).
Sedangkan menurut Miami M.Ed. dikemukakan
bahwa : .orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan
siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak
yang dilahirkannya (Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari
Psikologi Terapan, (Jakarta :Rajawali Press,1982), hal. 8).
Orang tua sebagai pembentuk pribadi
pertama dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup
mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan
sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Salah satu
tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapat anak yang akan menjadi generasi
penerus.
Untuk mewujudkan keinginan dan
cita-citanya di dalam mengembangkan dan bimbingan generasi penerus yang baik,
sehat jasmani dan rohani maka perlu pola pemikiran yang terpadu antara suami
istri atau orang tua yang berasal dari dua kutub yang berbeda, mereka harus
saling mempunyai toleransi dan penyesuaian diri yang baik, sehingga kedua belah
pihak saling melengkapi, bila masing-masing dapat menahan diri untuk tidak
mementingkan diri sendiri, maka akan dapat tercipta suatu keluarga harmonis dan
bahagia. Orang tua adalah figur dalam proses pembentukan kepribadian anak,
sehingga diharapkan akan memberi arah, memantau, mengawasi dan membimbing
perkembangan anaknya ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hal-hal yang
diutarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua tidak hanya cukup
memberi makan, minm dan pakaian saja kepada anak- anaknya tetapi harus berusaha
agar anaknya menjadi baik, pandai, bahagia dan berguna bagi hidupnya dan
masyarakat. Orang tua dituntut harus dapat mengembangkan semua potensi yang
dimiliki anaknya agar secara jasmani dan rohani dapat bekembang secara optimal
dan seimbang.
Kerangka Berpikir
Dalam tatanan keluarga, orang tua ditempatkan pada kedudukanyang tinggi dan
mulia. Kedudukan inilah yang menjadikan tanggung jawab dan kewajiban anggota
keluarga menjadi tanggung jawabnya. Keluarga merupakan salah satu lembaga yang
memiliki peran penting dalam kehidupan anak selain sekolah dan masyarakat.
Keluarga juga sebagai sentral pendidikan
dalam segala aspek, baik agama, pendidikan umum, sekaligus sebagai tempat untuk
beribadah yang serempak untuk mengembangkan anak – anak agar lebih berpotensi
dalam segala hal.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya selalu berusaha menciptakan keluarga
yang rukun karena pendidikan anak dimulai dalam keluarga. Sedangkan sekolah
dalam hal ini merupakan pendidikan lanjutan.
Selain itu tingkat pendidikan orang tua juga sangat menentukan hasil belajar
anak. Dengan tingkat pendidikan orang tua yang tinggi bisa memberikan
pengetahuan, dan perhatian yang baik untuk pendidikan anak, dibandingkan
keluarga yang tingkap pendidikannya rendah.
Jadi tingkat pendidikan orang tua memiliki hubungan yang positif dalam
pembentukan karakter dan hasil belajar anak. Dengan pengetahuan dan
perhatian terhadap anak akan memberikan banyak motivasi belajar yang baik, baik
di rumah, sekolah, dan masyarakat.
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah pernyataan
yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada
saat fenomena dikenal dan merupakan dasar suatu panduan dalam verifikasi.
Hipotesis juga diartikan sebagai “suatu gambaran yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Jadi hipotesis sangat penting artinya dalam memberikan arahan dan pedoman bagi
suatu penelitian. Dengan kata lain agar penelitian tidak terlalu menyimpang
dari apa yang telah ditargetkan.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ha: Ada
pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap hasil
belajar siswa kelas 4 pada pelajaran agama islam di SDN 3 Kotakan Kecamatan
Situbondo.
2. Ho :
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap
hasil belajar siswa kelas 4 pada pelajaran agama islam di SDN 3 Kotakan
Kecamatan Situbondo.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Menurut
Nana Syaodih Sukmadinata (2007:52) Rancangan penelitian merupakan rancangan
untuk menggambarkan prosedur atau langkah – langkah yang harus ditempuh, waktu
penelitian, sumber data, dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara
bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian Ex-Post Facto dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sukardi (2012:
15) ”Penelitian Ex-Post Facto adalah penelitian dimana variabel-variabel bebas
telah terjadi ketika penelitian mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam
suatu penelitian”, sedangkan pendekatan data kuantitatif adalah semua informasi
atau data yang diperoleh diwujudkan dengan angka. Hasil penelitian yang
berwujud data kuantitatif akan dianalisis dengan teknik statistika.
Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini
merupakan penelitian kausal komparatif. Menurut Sukardi (2012: 171), penelitian
kausal komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang diawali dari
mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya, kemudian dia
berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya. Penelitian ini ditunjukkan
untuk mengetahui Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas 4 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 3 Kotakan Kecamatan
Situbondo Tahun Pelajaran 2015/2016.
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Keterangan :
X
: Tingkat Pendidikan Orang Tua (Variabel Bebas)
Y
: Hasil Belajar (Variabel Terikat)
3.2 Populasi dan
Sampel
3.2.1
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian (Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (
Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hal. 130).
Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo.
3.2.2
Sampel
Sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut . Sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan
ditarik kesimpulan (Sukmadinata,N.S.2009).
Dalam penelitian ini, ditetapkan bahwa
sampelnya adalah jumlah keseluruhan siswa kelas 4 SDN 3 Kotakan Kecamatan
Situbondo yaitu sebanyak 15 siswa.
3.3 Definisi
Operasional
Yang
dimaksud variabel penelitian adalah suatu atribut, nilai / sifat dari
objek, individu / kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu
dan lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk
dipelajari dan dicari informasinya serta ditarik kesimpulannya. Dalam
penelitian ini ada dua variabel yang teliti, yakni:
1.
Tingkat Pendidikan Orang Tua (Variabel X)
Tingkat Pendidikan Orang Tua adalah
tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh, melalui
pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai
tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi.
Tingkat Pendidikan Orang Tua diukur dari tingkat pendidikan terakhir yang sudah
ditempuh orang tua baik dari tingkat SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi.
Untuk memperoleh data tentang Tingkat Pendidikan Orang Tua dilakukan dengan
menggunakan angket. Penskoran dilakukan dengan menghitung lama tahun menempuh
pendidikan. Dalam penelitian ini skor Tingkat Pendidikan Orang Tua adalah rata
– rata pendidikan antara ayah dan ibu. Asumsinya bahwa antara ayah dan ibu
sudah menyamakan pandangan dan persepsi untuk mengarahkan dan membimbing
anaknya dalam hal pendidikan.
2.
Hasil Belajar (Variabel Y)
Hasil belajar adalah penilaian hasil yang
sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor
yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode
tertentu. Dalam pembatasan hasil pembelajaran yang akan diukur, peneliti
mengambil ranah kognitif pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan
aplikasi (C3).
3.4 Instrumen
Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 160)
mengatakan bahwa ”Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga mudah diolah”.
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner /
angket. Angket yang disebarkan ke responden berbentuk angket tidak langsung
tertutup dan berjumlah 2 soal. Adapun kisi – kisinya sebagai berikut:
Variabel
|
Indikator
|
No. Item
|
Jumlah
|
Tingkat Pendidikan Orang Tua
|
1. Tingkat
Pendidikan Terakhir Ayah SD, SMP, SMA, S1.
2. Tingkat
Pendidikan Terakhir Ibu SD, SMP, SMA, S1.
|
1,2
|
2
|
Jumlah
|
2
|
Tabel 3.1 Kisi – kisi Angket Tingkat
Pendidikan Orang Tua
Angket yang disebarkan kepada responden
terdiri atas 4 alternatif jawaban.Adapun pemberian skor dari setiap jawaban adalah
sebagai berikut:
Tingkat Pendidikan Orang Tua
|
Skor
|
SD
|
1
|
SMP
|
2
|
SMA
|
3
|
S1
|
4
|
Tabel 3.2 Skor
pertanyaan
Untuk variabel hasil belajar siswa
menggunakan instrumen dokumentasi yaitu, nilai raport siswa dalam kurun
waktu tertentu sebagai bagian dari instrumen penelitian dengan
pengembangan skala rata- rata hasil belajar yang diperoleh siswa di mata
pelajaran pendidikan agama islam. Hasil belajar siswa dalam kurun waktu
tertentu tergambar dalam nilai raport siswa, sehingga pengumpulan data
dilakukan dengan dokumentasi nilai raport siswa kelas 4 semester 2
tahun pelajaran 2015/ 2016.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Adapun penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian
yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian. Untuk memperoleh
data-data lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
3.5.1
Angket (Kuesioner)
Angket merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Teknik pemgumpulan data seperti ini
cocok digunakan untuk bila jumlah responden cukup besar atau tersebar diwilayah
yang luas Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&G, hlm. 199). Dalam penelitian ini angket yang digunakan
adalah skali likert berdimensi interval 4 alternatif yaitu :
1)
Pendidikan terakhir SD Skor 1
2)
Pendidikan terakhir SMP Skor 2
3)
Pendidikan terakhir SMA Skor 3
4)
Pendidikan terakhir S1 Skor 4
3.5.2
Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan
harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan,
kebijakan (Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&G, hlm. 329). Metode dokumen ini digunakan untuk
mendapatak data mengenai profil sekolah seperti visi dan misi, dan juga untuk
mendapatkan data nama-nama peserta didik. Setelah data-data terkumpul langkah
selanjutnya adalah melakukan pengolahan data-data, menafsirkan dan
menginterpretasikan hasil penelitian. Dalam penelitian ini merupakan data
primer yaitu melihat dokumen hasil belajar siswa pada nilai rapot siswa kelas 4
SDN 3 Kotakan Kecamatan Situbondo.
3.6 Analisis Data
3.6.1
Uji Validitas
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan dan kesahihan suatu
instrumen (Arikunto, 2010). Butir angket dikatakan valid jika r hasil
observasi adalah positif dan besarnya 0,3 ke atas (Sugiyono, 2012:142). Uji
Validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0 for
windows.
Keterangan:
rxy =
Korelasi product moment
x = Skor total dari setiap
item
y =
Skor/nilai dari setiap item
N = Jumlah sampel
3.6.2
Uji Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2006: 154) menyatakan
“Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik”.
Uji reliabilitas dilakukan dengan
rumus cronbach alpha. Apabila koefisien Cronbach
Alpha (r11) ≥ 0,7 maka dapat dikatakan instrumen tersebut reliabel
(Johnson & Christensen, 2012).
Sama halnya dengan Uji Validitas, Uji
Reliabilitas juga dilakukan dengan menggunakan software SPSS
16.0 for windows.
Rumus Alpha Cronbach:
Keterangan :
r11
|
= reliabilitas instrument
|
k
|
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
|
si2 |
= jumlah varians butir
|
st2 |
= varians total
|
4
Uji t-test
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian
ini dapat menggunakan t-test berbantuan SPSS 16.0 for
windows. Dengan taraf signifikan 0,05 dan penentuan kriteria penerimaan dan
penolakan.
Terima H0 jika signifikan
≥ (α) = 0,05
Tolak H0 jika signifikan ≤
(α) = 0,05
ANGKET TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA
Petunjuk Pengisian Angket:
1
Tulislah identitas Anda dengan benar terlebih dahulu
2 Identitas anda akan dirahasiakan karena pengisian identitas anda hanya
semata-mata digunakan untuk mempermudah dalam pengolahan data
3
Perhatikan dengan seksama pernyataan yang ada
4
Jawablah sesuai dengan kondisi diri Anda
5
Jawablah dengan memilih dari alternatif jawaban kemudian lingkari huruf pada
jawaban anda serta lengkapi titik-titik di jawaban yang anda pilih apabila anda
memilih jawaban ber titik-titik kosong
6
Angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua dan tidak
ada pengaruh terhadap nilai mata pelajaran yang bersangkutan.
Nama
:
No. Ab sen :
Kelas
:
Angket Tingkat Pendidikan Orang Tua
1. Tingkat
pendidikan terakhir Ayah Anda adalah :
a. SD
/ MI
b. SMP /
Sederajat
c. SMA
/ Sederajat
d. Perguruan
Tinggi
2. Tingkat
pendidikan terakhir Ibu Anda adalah :
a. SD
/ MI
b. SMP /
Sederajat
c. SMA
/ Sederajat
d. Perguruan
Tinggi
Oke cukup disini saja contoh penelitian
karya ilmiah remaja. Jika ada yang masih belum jelas atau masih penasaran yang
bolong/tidak ada karena artikel ini aing cuma copy paste dari wordpress, silahkan
bertanya di kolom komentar di bawah ini. Sampe jumpa di postingan selanjutnya. Bye~
Jangan lupa jugaKetahui perbedaan gambar vektor dan gambar bitmap
Download batch anime One Piece
Ketahui fakta2 emejing
Ketahui asal usul bilangan euler
Baca autobiografi Admin K
Ketahui hakikat dua kalimat syahadat
Ketahui tips sukses diet
No comments:
Post a Comment