Chapter 14 (Anak Sial yang Lucu)
Di penjara Saddy Prison, para polisi sedang berkumpul atas perintah Sang Ratu.
Adruga : "Apa yang terjadi disini kenapa banyak polisi dikumpulkan disini? Seharusnya kalian berpatroli di seluruh kerajaan, ada banyak penjahat di luar sana bukannya malah mengawasi penjahat yang sudah terkurung dan tidak bisa apa-apa."
Seorang polisi bawahan : "Maaf pak tua, ini adalah perintah Sang Ratu. Perintah Sang Ratu selalu mutlak."
Adruga : "Hahahaha, ternyata kalian budak kerajaan yah? Polisi kok jadi budak kerajaan? Harusnya polisi bekerja untuk Pemerintah Dunia."
Seorang polisi wanita : "Owalah, bukankah kau Veteran Adruga?"
Polisi bawahan : "Seorang Veteran? Mohon maaf atas kelancanganku memanggil Anda dengan sebutan 'pak tua', Pak!"
Adruga : "Hahaha, tidak masalah, lagipula aku sudah pengsiun dari kepolisian. Neng Linda, sepertinya pangkatmu sudah tinggi yah sekarang. Aku teringat dulu waktu kau jadi anak buahku, waktu itu kau anak yang lugu, wahahaha."
Linda : "Bisa kau diam, Pak Tua? Lagipula apa urusanmu kemari? Kau bukan polisi lagi."
Adruga : "Wahahaha, kau sudah mulai lancang yah pada orang tua, Neng Linda? Aku datang kesini untuk mengawasi apa yang akan terjadi."
Linda : "Hmm, sepertinya kau sudah tau situasi disini, yah?"
Adruga : "Aku juga tau kalau kalian tidak tau apa yang akan terjadi, ya kan?"
Polisi bawahan tadi : "Hei, bukankah itu? Komandan Pasukan Khusus, Ray dan Angelyn?"
Linda : "Angelyn, yah? Wanita sombong berambut tai itu?"
Adruga : "Tampaknya mereka menangkap beberapa orang tahanan."
Linda : "Mereka adalah Mikaela dan Rafaela, para petinggi MAVIA. Tak kusangka mereka bisa tertangkap."
Polisi bawahan tadi : "Ini mungkin berkat rencana Yang Mulia Ratu."
Angelyn dan Ray mendekatai mereka.
Angelyn : "Hohohoho, bukankah ini Komandan Pasukan Biasa dan Tak Khusus, Linda?"
Linda : "Wah, sudah lama tidak bertemu yah, Polisi Buangan Berkebutuhan Khusus, Anjinglin."
Angelyn : "Wah, bukankah ini si Pak Tua a-DRUG-a? Hohohoho, aku kangen lho."
Adruga : "Kau mau kubunuh anak muda?"
Angelyn : "Ray, kau urus kaleng-kaleng rongsokan ini. Masukkan mereka ke Saddy secepatnya. Aku mau reuni disini."
Ray : "Yah, terserah kau saja, Angelyn."
Linda : "Hmm, kudengar bukan kau yang menangkap mereka yah? Kudengar ada orang lain yang meledakkan markas MAVIA trus kau mencuri kesempatan untuk menaikkan pangkat yah?"
Angelyn : "Dasar bodoh, aku Komandan Pasukan Khusus, sudah cukup gak perlu naik pangkat lagi, gak kayak kamu, Komandan Pasukan Biasa Aja, hohohoho."
Adruga : "Sudah cukup berantemnya. Oh yah, sejak kapan di penjara ini ada bar?"
Linda : "Bar? Emangnya bar dibolehkan dibangun disini?"
Adruga : "Itu disana!"
Angelyn : "Ada sebuah bar? Aneh sekali, apakah bar ini dibangun atas Perintah Yang Mulia Ratu? Aneh sekali."
Ray : "Tidak, itu bukan bar biasa."
Angelyn : "Hey, Ray kok kau tiba-tiba disini? Cepat sekali!"
Ray : "Itulah sebabnya aku bernama Ray. Lagipula bar tersebut tiba-tiba muncul. Tadinya bar tersebut tidak ada."
Linda : "Apakah ada orang yang mempunyai kekuatan untuk membangun bar secara instan? Wow!"
Ray : "Yap tepat sekali. Kalian baru mendengarnya? Kalian tau tentang organisasi Genesis?"
Adruga : "Genesis? Mungkinkah? Itukah alasan ratu kerajaan ini mengumpulkan kepolisian disini?"
Ray : "Tepat sekali! Kuharap sebentar lagi tidak bakal banyak korban jiwa berjatuhan."
Kembali ke reruntuhan rumah Shelly. Banyak sekali wartawan yang ingin melihat dan meliput pasca kejadian ledakan cahaya yang telah menghancurkan sebuah rumah yang terdapat di kawasan perumahan orang kaya Kerajaan Mana.
Drip : "Aah, sepertinya banyak orang yang datang kemari."
Inteo : "Tidak usah pedulikan mereka kak, ayo kita bermain."
Drip : "Mau main apa, aku punya GameStation di kamar lho, mau main gak?"
Drip mencoba menyalakan GameStation.
Drip : "Eh, kok, gak menyala? Oh sial aing lupa, listriknya padam, drihihihi."
Inteo : "Kakak, Drip. Tenang saja, aku bawa mainan di tasku kok. Mau main, tidak?"
Drip : "Oh, mainan apa yang yu bawa? Apakah keren-keren mainannya?'
Inteo : "Iya dong. Ada obot-obotan, ada obil-obilan, dan pitol-pitolan."
Drip : "Wah, liat dong."
Inteo : "Kita main pitol-pitolan dulu yah kak. Ini buat kakak Drip, ini buat aku."
Inteo memberikan salah satu pistol mainannya sambil memegang pistol untuk dirinya.
Inteo : "Nah, sekarang mari kita bermain embak-embakan (sambil tertawa jahat)"
Bersambung...
Chapter 16 (Bar di Penjara)
Saturday, June 8, 2019
Caramelt - Chapter 15 (Bermain Bersama Kakak Drip)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Saya Punya Ini What's On Your Mind Pokoknya seru.. Silahkan datang ya
ReplyDelete