<<Chapter 1 (Kematian Milyaran Orang)
Dunia ini sangatlah membosankan. Setiap hari, bangun pagi, sarapan, pergi bekerja. Rutinitas tiap hari selalu sama tanpa henti kecuali pada hari libur. Setelah pulang kerja, bermain video game barsama adikku, makan malam, kemudian tidur. Sungguh kehidupan yang sangat membosankan.
Semenjak orang tua kami meninggal dunia akibat kanker, sebagai seorang kakak, akulah yang harus menerima beban tanggung jawab untuk mengurus adikku. Aku sangat menyayangi adikku, dia adalah adik laki-laki yang manis. Meskipun kehidupanku sangat membosankan, setiap kali melihat wajah adikku itu tersenyum membuatku bahagia. Aku sangat mencintai kehidupan yang membosankan ini.
Pekerjaanku adalah seorang tentara di negaraku. Negaraku bisa dikatakan adalah negara yang sangat besar. Ya, bisa dibilang setingkat dengan Amerika. Pekerjaanku hanyalah latihan dan melatih para tentara-tentara baru. Terkadang, aku ditugaskan untuk pergi ke negara-negara konflik selama berbulan-bulan. Setiap kali aku ditugaskan, aku terus mengatakan pada diriku, "Jangan mati! Jangan mati wahai diriku. Adikmu sedang menunggu di rumah.". Sebagai seorang tentara yang cukup terkenal di negaraku, aku harus membuat adikku bangga.
Adikku adalah seorang anak yang berusia 15 tahun. Dia adalah seorang anak sekolahan. Dia termasuk anak yang cerdas, kuat, dan multitalenta. Dia selalu mendapat ranking 1 di kelasnya. Selain itu, dia juga adalah seorang atlet bola basket dan bola voli. Terkadang, aku sangat iri padanya terutama saat dia dikelilingi oleh gadis-gadis di sekolahnya. Namun, tak masalah karena kakaknya justru jauh lebih tampan dari dia, hahaha.
Teringat kejadian itu, tepatnya 3 tahun yang lalu, saat-saat terakhir aku bisa mengeluarkan kata-kata. Perang dunia ketiga mulai berkecamuk. Senjata pemusnah massal yang dirahasiakan pemerintah bernama Airborne Mutation Virus atau disingkat AMV tidak sengaja diluncurkan. Informasi ini hanya diketahui oleh kalangan pemerintah dan tentara tingkat atas saja. Kejadian itu memakan banyak korban jiwa, menghabisi setengah dari populasi bumi. Sebagian orang yang selamat mengalami mutasi dan terkena penyakit mengerikkan. Ada yang kehilangan tangan dan kakinya. Ada yang kehilangan mataya. Kejadian yang sama juga terjadi padaku yang kehilangan kemampuan berbicara gara-gara terinfeksi virus tersebut.
Setelah kejadian itu, aku langsung buru-buru pulang ke rumah. Aku mencari adikku. Aku masuk ke ruang tamu, berusaha untuk berteriak tapi tidak bisa. Aku langsung masuk ke kamarnya dia tidak ada. Aku ke dapur, kamar mandi, ruang bawah tanah, dia tidak ada di mana-mana. Aku ingin memanggil namanya tapi suara tidak sedikitpun bisa keluar dari tenggorokanku. Aku masih beruntung mutasi yang terjadi hanya mengakibatkan suaraku hilang. Yang kukhawatirkan hanya satu, adikku.
Aku baru teringat kalau adikku harusnya hari ini sedang pergi ke sekolah. Aku pun langsung mengendarai motor dan buru-buru pergi ke sekolahnya. Aku memanjat pintu gerbang sekolahnya yang terkunci. Di dalam ada banyak sekali anak kecil yang mati meskipun tidak mengeluarkan bau busuk. Sekilas aku melihat semacam cahaya hijau di ruang guru. Aku berharap tidak terjadi apa-apa pada adikku tersayang. Aku melihat dengan seksama semua jasad-jasad yang tergeletak di sana, tidak ada satupun yang masih hidup sampai aku melihat suatu jasad yang kepalanya seperti telah meledak. Melihat hal itu aku merasakan sangat sedih, geram, dan gelisah. Jasad seorang anak kecil yang manis telah kehilangan kepalanya, dialah adikku.
Saat itu, aku memeluk tubuh adikku yang dingin dan membiru. Ku ingin teriak tapi tak bisa. Aku hanya bisa meneteskan air mata saat itu. Aku bertanya-tanya kenapa bukan aku saja yang mati, kenapa harus adikku yang masih kecil. Aku tidak bisa bermain video game lagi dengannya. Jasadnya langsung ku kubur di dekat kuburan orang tua kami.
Semejak itu, aku sudah tidak punya tujuan hidup lagi. Aku berhenti menjadi tentara. Aku mulai berkelana dan memutuskan mempunyai tujuan hidup baru. Tujuan hidupku sekarang adalah membalas dendam. Aku akan membunuh orang yang menjadi dalang dari insiden penyebaran virus itu. Insiden ini dikenal dengan sebutan Spooky Emerald.
Di kehidupanku yang baru ini, aku melakukan perjalanan ke berbagai tempat. Aku mencari informasi maupun dokumen yang berkaitan dengan peristiwa Spooky Emerald dan AMV hingga suatu hari aku bosan karena jarang bertemu dengan manusia yang masih hidup. Untuk menghilangkan rasa bosan, aku pergi jalan-jalan masuk ke rumah-rumah orang dan melihat foto keluarga mereka. Sungguh menyedihkan melihat memori-memori yang masih tetap awet di dinding-dinding rumah mereka. Kadang, aku juga memainkan video game yang dulu sering ku mainkan bersama adikku.
Aku merasakan sangat kesepian. Tidak ada orang, tidak ada yang bisa ku temui. Seharusnya masih ada setengah dari populasi manusia yang masih hidup. Aku tidak tahu mereka pergi ke mana. Namun, pada hari ini, rasa kesepianku hilang. Aku melihat seseorang dan orang itu tidak biasa karena dia masih hidup. Dia adalah seorang wanita tanpa tangan. Aku menatap wajahnya yang menghadap ke luar jendela. Aku harus menemuinya.
Bersambung...
<<Chapter 1 (Kematian Milyaran Orang)
Wednesday, November 6, 2019
Spooky Emerald - Chapter 2 (Kehidupan Baru)
Tags
# Kisah
# Spooky Emerald
Spooky Emerald
Label:
Kisah,
Spooky Emerald
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment