Kripke pada tahun 1979
menerbitkan sebuah puzzle tentang kepercayaan ,yang bertujuan untuk
mematahkan serangan terhadap teori Millian. bahwa absurditas yang terjadi dalam
konteks propositional attiude ( proposisi dalam konteks mental/sikap ) itu
bukan hanya terjadi karena asumsi tranparansi Nama ( koreferensial dapat dipertukarkan secara salva
veritate ). dalam puzzle, kripke menunjukkan bahwa bila asumsinya pun ditolak,
absurditas tetap akan terjadi.
konteks puzzle adalah perbedaan pendapat antara Millian
dan Frege-Russel tentang Nama. Pada Miliian, Nama hanya dianggap sebagai
penunjuk dari objek acuan. Ini sangat berbeda pada pandangan Frege – Russel yang menyatakan bahwa sebuah
Nama memiliki properti-properti yang akan secara unik menunjuk objeak acuan . Misal nama Andi, pada pandangan millian
nama andi hanya sekedar label/denotasi dari ‘Andi ’. Sedangkan pada Frege –
Russel nama Andi merupakan singkatan dari properti-properti yang secara unik
akan menunjuk kepada Andi. Misal kita asumsikan ‘Andi’ adalah
raja perancis saat ini tang botak. maka menurut pandangan Frege – Russell
nama Andi merupakan singkatan dari raja perancis saat ini. atau secara rigor
menggunakan logika tatanan pertama dapat dituliskan (∃x)(Fx&(for all y)(Fy → x =
y) & Bx ) yang kira-kira bila diterjemahkan menjadi : ada x dimana x adalah raja
perancis saat ini dan untuk semua y jika y adalalah raja perancis saat ini maka
x sama dengan y dan x berkepala botak. Menggunakan pernyataan-pernyataan
diatas. alhasil pada Millian, Nama dapat dipertukarkan secara salva veritate (penukaran
tingkat atribut ) sedangkan pada Frege – Russel hal ini mungkin tidak dapat
terjadi. contoh : pada Cicero dan Tulius jika kita memakai pandangan millian
maka keudanya dapat dipertukarkan secara salva veritate . misal Cicero
berkepala botak, maka nama ‘Cicero’ dapat dipertukarkan dengan ‘Tulius’
sehingga kalimatnya menjadi Tulius berkepala botak. hal ini tidak terjadi pada pandangan Frege –
Russel dikarenakan bisa saja properti dari nama Cicero dan Tulius itu berbeda.
Dan karena puzzle kripke ini berhubungan dengan
propositional atittude ( proposisi sikap/mental ). Maka kali ini akan terlebih
dahulu membahas de re dan de dicto . perbedaan dari keduanya
terletak di cangkupan. Jika de re
memiliki cangkupan yang luas maka de dicto memiliki cangkupan yang kecil. misal
pada kalimat Ralph percaya bahwa seseorang adalah mata-mata. Jika membaca kalimat ini dengan de dicto maka dapat dibaca menjadi terdapat seseorang
yang Ralph curigai sebagai mata-mata ( mungkin si andi ). sedangkan pembacaan
de re akan menjadi Ralph percaya terdapat seorang mata-mata. lebih jauh, masing-masing secara rigor dapat dituliskan
menjadi : (there is exist x) (Ralph
percaya bahwa x adalah mata-mata ) dan Ralph percaya bahwa (there is exist x) (x adalah
mata-mata). coba perhatikan kedua
ekpresi, yang membedakan kedua ekpresi adalah cangkupan x-nya.
Terakhir, Sebelum masuk kepada puzzle. akan diasumsikan 2
prinsip yang harus terpenuhi.pertama adalah disquotation principle ( prinsip
diskuotasional ), yang mengatakan bahwa “ jika penngujar secara reflektif,
jujur dan dengan menggunakan bahasa standar mengasersi P maka dia percaya P “ . Ini dibutuhkan untuk menghilangkan
ambiguitas. misal pada kalimat London adalah kota yang indah maka pengunaan
london disini adalah sama seperti pengunaan london pada umunya dan indah
berarti merupakan atribut dari keindahan. harus refleksif ( secara sadar,
hati-hati, dan rasional ) agar menghindari sesat pikir serta jujur aqtau kalimat yang dia nyatakan itu bukan sekedar
sarkasme atau bohongan. sebagai tambahan
berlaku bikondisional pada prinsip diskuotasional
yang menyatakan bahwa
“ seorang pengujar
yang tanpa keraguan dapat dikatakan jujur dalam menyetujui ‘p’ jika dan hanya
jika ia percaya bahwa p “ . mempertegas bahwa dia yakin
tanpa keraguan tanpa harus mengulangi sekali lagi perkataannya ( mungkin si
pengujar malu ).
kedua adalah prinsip penerjemahan yang menyatakan “jika sebuah kalimat pada suatu
bahasa mengekspresikan kebenaran pada bahasa tersebut, maka terjemahan dalam
bahasa manapun juga mengekspresikan kebenaran “. Ini berfungsi untuk menjaga tujuan dalam
penerjemahan dari bahasa asli ke bahasa lain.
Puzzle dimulai dari sebuah cerita tentang seorang pemuda
monolingual bernama Pierre yang tinggal di kolong jembatan di paris. Perancis
kala itu sedang di landa sebuah krisis dan gejolak pemberontakan. singkat kata,
Pierre hidup dalam kemisikinan dan kesusahan. Pierre yang resah mencari makanan
kesana kemari sering memungut kertas koran yang tersebar di jalanan, pada
banyak koran yang ia lihat. Pierre takjub oleh sebuah kota yang bernama
Londreas. Koran menggambar Londres seperti taman eden yang berisi kastil-kastil
megah dan pepohonan yang rimbun. Bagi Pierre disana adalah surga, tak ada
kelaparan maupun penyakit. Pierre sering bercerita pada teman-temannya sewaktu
hendak tidur bahwa “ Londres est jolie “.
dalam bulan-bulan selanjutnya, pembrontakan kian memanas, Pierre yang
sudah tidak tahan lagi hidup nestapa akhirnya memutuskan untuk pergi
meninggalkan paris dengan menumpang kereta kuda. kebetulan kereta kuda tersebut hendak
mendistribusikan makanan ke inggris. singkatnya, Pierre dengan mengikuti rute
kereta kuda tiba di Inggris. disana Pierre memutuskan untuk mengikuti massa
pekerja ke kota London untuk mencari pekerjaan. Naasnya, disana ia tertimpa
nasib yang sama bahkan lebih buruk. tidak berubah masih tinggal di kolong
jembatan. disana ia mendapatkan gaji rendah dan bahkan sering ditipu oleh pemilik
pabrik dikarenakan Pierre tidak dapat berbahas inggris. kebiasaannya pun masih
sama sebelumm tidur Pierre membisikan dengan lembut pada dirinya sendiri bahwa
“ Londres est jolie “. Pierre meniatkan dirinya untuk belajar bahasa inggris via
secara langsung seperti bayi. berbulan – bulan kemudian hidup Pierre mulai
membaik dikarenakan komunikasinya membaik. Kini ia tinggal di Darmouth, berprofesi sebagai seorang pemilik toko.
Suatu hari seorang pelanggannya berkata bahwa ia ingin merantau ke London untuk
memperbaiki hidupnya. Pierre yang masih mengingat pengalaman kesulitannya
sewaktu di kota London berkata “ London is not pretty “. dan menyarankan
pelanggannya itu untuk tidak pergi ke London.
Pada cerita diatas dengan pembacaan de dicto dan de re,
kita bisa mengambil beberapa asersi, yaitu :“Londres ist jolie” dan “ London is
not pretty “. Pada kalimat “ Londres ist
jolie “ dapat diterapkan prinsip
penejemahan menjadi “ London is pretty”.
dan keduanya jika digunakan prinsip dikuotasional dapat terbentuk sebuah
pernyataan “ Pierre percaya bahwa London is pretty “ dan “ Pierre percaya bahwa
London is not pretty “. pertanyaan yang diajukan kripke adalah jika Pierre
tidak pernah menggantikan kepercayaan
yang telah dia buat sewaktu berada di perancis. lalu, Apakah Pierre mempercayai London is pretty
atau tidak? . Jika anda jawab tidak dengan berdalih bahwa ia tidak mempercayai lagi London is
pretty/Londres ist jolie karena telah tinggal di inggris dan berbahasa inggris.
maka ini seperti saja mengatakan bahwa Pierre telah mengganti kepercayaan.
jawaban ini tidak bisa dibenarkan karena pierre mengaku bahwa ia tidak pernah
mengganti jawabannya. jika anda jawab iya karena berdalih bahwa Pierre percaya
London is not pretty karena masa lalunya di perancis. ini juga bukan jawaban
yang memuaskan karena kepercayaan baru Pierre ini sama dengan kepercayaan
tetangga-tetangganya di London. bila kita asumsikan Pierre disambar listrik
sehingga semua ingatannya masa lalunya di perancis terhapus maka Pierre akan
tetap pada kepercayaannya karena Pierre nantinya juga akan memiliki kepercayan
dan pemikiran yang sama dengan tetangganya. jika anda menerima kedua
kepercayaan Pierre maka saya bisa saja mengasumsikan Pierre ternyata adalah
Logikawan sehingga dia tidak akan pernah membiarkan dirinya memiliki
kepercayaan yang saling berkontradiksi. jawaban bahwa pierre memiliki dua
kepercayan tsb pun ini pun tidak memuaskan.
lewat puzzle ini Kripke berhasil membuktikan ( self claim
) bahwa absurditas akan tetap terjadi tanpa mengasumsikan adanya pertukaranan
nama ( transparansi nama ). Tidak ada
dua buah nama atau lebih yang menunjuk pada objek sama dalam cerita Pierre,
hanya ada satu nama yaitu London/Londres. Sekian...
Referensi :
Ryckman, Thomas C. "Proper names, beliefs, and
definite descriptions." (1984). Doctoral Dissertations 1896 - February
2014. 1789. https://scholarworks*umass*edu/dissertations_1/1789.
Quine,
W. V. “Quantifiers and Propositional Attitudes.” The Journal of Philosophy,
vol. 53, no. 5, 1956, pp. 177–187. JSTOR, www*jstor*org/stable/2022451
Kripke, S.A. (1979) A Puzzle about Belief. In: Margalit A. (eds) Meaning and Use. Synthese Language Library (Texts and Studies in Linguistics and Philosophy), vol 3. Springer Dordrecht. https://doi*org/10*1007/978-1-4020-4104-4_20
Smit,
JP. "Some Lessons from Kripke’s A Puzzle
About Belief." Stellenbosch Papers in Linguistics [Online],
40 (2011). https://doi*org/10*5774/40-0-38.
No comments:
Post a Comment