Diamlah! Hanya yang mencintai yang tau, keindahan yang dicintai. - Layla
Seberapa banyak lagi senja yang harus aku lalui, seberapa sering lagi malam yang harus aku lewati, menghitung satu per satu bintang di langit, menunggu bulan purnama datang setelah berhati-hati. Puisi sudah sering aku tulis, secangkir kopi sudah banyak yang aku habisi, musik dan liburan aku lewati sendiri. Tak, tak ada yang benar-benar aku nikmati.
Sebab harta mereka tertawa. Dunia digenggamnya karena setumpuk uang di sakunya. Mulai bercerita sudah setinggi mana pencapaian mereka, sudah sejauh mana hotel yang mereka kunjungi. Tak pernah lupa dalam men"story"kan kegiatannya sebagai bukti dan bekal eksistensi untuk dipuji. Tak, tak terbersit dalam hidupku untuk melakukannya.
Selalu berdoa kepadanya sembari mempersiapkan diri menjadi paling suci di dunia. Sebab kefanatikannya yang membuat diri mereka paling tinggi dari yang lain. Mereka semua salah, kelompok kami yang paling benar, mereka semua berdosa, maka ikutilah jalan kami. Semua yang bersebrangan dengan kami akan selamanya menjadi sesat dan terkutuk. Tak, tak ingin aku menjadi bagian dari mereka. Sungguh.
Ada yang karena sedang menyukai seseorang menyebabkan dirinya berubah menjadi puitis dan romantis, ada juga yang tiba-tiba menjadi dewasa dan gagah, ada lagi yang malah menjadi manja dan serba takut. Hidup ini hanya tentang dia, dan semua yang berhubungan dengan dia adalah kenikmatan hidup. Tak, tak pernah bisa aku seperti itu.
Seringkali kita terjebak dalam satu realitas dimana mau tidak mau kita harus ada di dalamnya. Mengeluh tentang betapa menyebalkannya orang-orang tadi adalah kesia-siaan. Memaksa orang-orang tadi berubah sesuai keinginan kita malah semakin membuat kita terlihat bodoh. Bingung akan bercerita pada siapa karena semua orang adalah penjara bagi kita. Sadarlah, saat ini dirimu objek, bukan lagi subjek.
Jadilah seperti aku, ikutilah perintahku. Bukan seperti itu! Harusnya kau begini! Semakin dibebaskan orang-orang malah akan semakin bimbang, menjiplak siapapun yang mereka mau sebagai pedoman kehidupan. Berita yang kian semrawut sebab semua hal dirasa perlu. Kita asing dalam khayal kita sendiri. kita pusing dalam lamunan kita sendiri. Dan kita sakit karena obat yang kita buat sendiri.
Bukankah kita selalu membicarakan tentang kebenaran dan kebaikan. Sesempit perdebatan antara baik dan buruk, benar dan salah, munafik dan jahat. Ada kalanya kita perlu membuka opsi ketiga, keempat atau kesepuluh. Tak apa, masalah beda akan ku bela, masalah doa akan aku jaga, tapi masalah yang lebih besar aku pasrahkan kepada yang Maha Besar. Coba katakan, "kemungkinan kita ini benar" Jangan lagi "saya paling benar." Agar kelak saat kau sendiri, aku bisa menemanimu.
Kesukaan kita tidaklah sama, selera kita juga berbeda, cara kita hidup dan menikmati hidup tentulah lain. Mari berlaku adil, jika kau besar akan aku kasih bagian terkecil, jika kau kecil akan aku kasih bagian terbesar. Hidup tentulah kompleks, apa yang merupakan kesenangan orang lain ya terima itu sebagai fakta yang ada walaupun menurutmu itu tidak menyenangkan sama sekali.
Pilih, konsekuen, dan tengok sebelah. Kasih juga sedikit cinta. Jangan bilang kau tak punya cinta, sebab dengan hidup kau telah membuktikannya.
Raihan Immadu.
Pamulang, 16 April 2021
Selamat membaca.
Semoga bahagia.
No comments:
Post a Comment