Setelah memutuskan persoalan yang cukup besar, aku terjebak dalam riuh suasana yang begitu pelik. Aku pun mencoba menjalaninya dengan bersikap biasa saja. Tetapi perlahan-lahan suasana itu mulai menggoyahkan diriku, besar dan semakin membesar. Tiap kali aku tak menghiraukannya, suasana itu melemah. Tiap kali aku coba menghiraukannya, suasana itu mengacaukan yang ada, kacau sekacau-kacaunya.
Aku banyak berdiam diri di kamar gelap, mencoba membayangkan jadi apa aku nanti, mencoba membayangkan akan berlibur kemana aku nanti, mencoba menerka akan menemukan hal unik apa aku nanti, mencoba membayangkan bertemu orang baik apa aku di jalan nanti. Tetapi aku rasa waktu itu semakin dekat dan perlahan mulai ku hapus kebiasaan aneh itu. Mencoba realistis pada apa yang terjadi, mencoba menyakini bahwa membayangkan adalah hal paling tidak seru untuk terus aku lakui.
Selalu ada cara untuk bahagia atau terlihat bahagia. Contohlah aku ini, kata orang-orang aku ini bahagia. Selalu ada cara untuk menyakiti orang lain. Contohlah aku ini, kata orang-orang aku ini suka menyakiti hatinya. Jadi, aku ini apa sih sebenarnya? Orang yang bahagia, kah? Atau orang yang suka menyakiti? Atau, aku ini adalah orang yang bahagia saat menyakiti orang lain? Entahlah, untuk sekadar tidur tenang malam ini saja aku tidak bisa hanya karena memikirkan penilaian orang lain tentangku.
Pagi hari aku lupa beribadah, siang hari aku tutupi itu semua dengan kata-kata mutiara, sorenya aku menelan ludah, malamnya aku ganti dengan doa-doa. Jadi, aku ini apa sebenarnya? Manusia suci, kah? Atau manusia yang menyebalkan? Atau, aku ini adalah manusia yang suka menyebalkan hati orang-orang suci. Ah sudahlah, untuk sekadar menikmati kopi dengan tenang saja aku tidak bisa hanya karena memikirkan vonis orang lain tentangku yang sebenarnya itu adalah hak Tuhan.
Perasaan itu mudah berubah. Aku yang malam suka gundah, siangnya bisa sangat patriotik. Malam ini bisa sangat menyukaimu, paginya bisa saja memblokir nomormu di kontakku. Ya, gejala yang biasa terjadi di tiap-tiap orang di muka bumi. Yang tidak biasa adalah ketika semalaman ini kau melamun, paginya kau singkirkan semua kewajibanmu, sorenya kau lanjut melamun, malamnya kau tak lekas sadar. Aku banyak menemuinya di cerita berkala orang lain, sedangkan aku? Tak jauh beda sepertinya.
Berjalan, aku berjalan menemui orang lain di jalan, kadang aku menyapanya dengan suara, atau menyenyuminya saja, kadang kala aku tak hiraukan dia. Tak ada salahnya menutup diri, toh apa yang ingin orang tau tentang kita. Sepenting apa aku ini? Kalau menurutmu aku sangat penting dalam makna hidupmu, boleh dong kau berjanji untuk bersamaku selamanya!? Tetapi masalahnya kan kau tak berani berjanji seperti itu. Jujur saja, aku tidak begitu penting dalam hidupmu, tetapi kau terpaksa mengatakannya hanya karena kau takut dianggap tidak atau sangat tidak penting untukku.
Hari-hari sering aku habiskan untuk memikirkan hal besok, coba bayangkan betapa tidak berharganya hari ini untukku. Aku singgah kesana-kemari tetapi untuk membicarakan hari kemarin dan harapan ke depannya. Jarang kita bertanya, "Sibuk apa kamu hari ini." Tetapi kita malah akan semakin liar saat membicarakan, "Kamu inget ga kejadian waktu itu, ih masa ga inget, kamu harus inget, itu lucu banget sumpah." atau "Gimana ke depannya, apa yang akan kamu mau lakukan? Lulus kapan? Kapan kita bisa seperti ini lagi?" Tak ada salahnya mencari topik seperti tadi tetapi cobalah beri ruang untuk kejadian hebat yang sudah kita lakukan hari ini. Bersama orang yang tepat, kejadian sepele pun bisa sangat dihargainya, bersama orang yang salah, kejadian luar biasa pun selalu bisa menjadi bahan bercandaan. Silahkan pilih, mau bersama orang yang selalu mengapresiasimu atau orang yang selalu bisa menghiburmu, keduanya baik, jadi tenang saja.
Refleksi itu perlu, kebanyakan refleksi kau lupa dirimu. Aku sering menyesalkan kenapa aku harus memutuskan keputusan tersebut, tetapi udahlah, namanya juga aku, suka begitu. Mungkin banyak alasan dan pertimbangan aku melakukannya. Tetapi sebagai manusia biasa aku wajar untuk menyesalkannya, mungkin aku benar-benar salah atau mungkin aku sudah benar melakukan itu. Maka, beri aku satu kesempatan lagi untuk bisa menulis sesuatu untukmu. Sebab aku bisa menebak sedang melakukan apa kau tadi sore!? Pasti kau asyik main hp. Hah tebakanku masih terlalu umum ya. Yasudah biar ku coba lagi, aku tau apa yang kau lakukan tadi pagi!? Pasti sedang belajar ya, itu kantuk dan kantong matamu begitu terlihat. Oh, masih tetap terlalu umum ya tebakanku. Yasudah beri aku kesempatan terakhir untuk menebak apa yang kau lakukan malam ini!? Sudah jelas, pasti malam ini kau sedang sibuk yaa, entah apa kesibukanmu malam ini hingga akhirnya kau tidur tanpa sedetikpun melihat pesan-pesan dariku. Yasudah begitu saja, hari juga tampak sudah gelap, aku harus tidur untuk mensyukuri nikmat Tuhan hari ini. Terima kasih, aku sudah bisa tampak bahagia.
Refleksi itu perlu, kebanyakan refleksi aku lupa kesepianku.
No comments:
Post a Comment